Kepada Para Praktisi Pendidikan

Setelah menyebutkan banyak faidah yang berkaitan dengan keutamaan orang yang menghafal al-Quran, maka kita aka saling bertanya, manakah perhatian generasi muda terhadap al-Quran? Manakah generasi pergerakan yang mempelajari dan menghafalkannya?

Seberapakah porsi yang kita sediakan untuk menghafalkan al-Quran dalam agenda pendidikan kita? Bukankah hal ini adalah kesibukan yang semestinya diutamakan untuk diberikan kepada generasi muda hari ini? Mengapa menghafal al-Quran tidak menjadi acuan dan titik tolak dalam setiap agenda pendidikan kita? Jikapun sudah masuk dalam agenda kita, saya menduga bahwa kita belum memberikan perhatian/porsi yang seharusnya.

Disamping memberikan motivasi dan peringatan kepada saudara seiman yang meremehkan urusan ini, dan tidak memberikan perhatian yang semestinya, kami juga memberikan dukungan kepada mereka yang telah memulai menjadikan menghafal al-Quran sebagai titik tolak pendidikan, kami memandang bahwa ini adalah langkah awal –dengan izin Alloh- untuk menapaki jejak para salaf ummat ini, karena menghafalkan al-Quran adalah bagian dari pendidikan dan kebiasaaan mereka.

Pada lingkup yang lebih luas, ketika kita layangkan pandangan kita ke bangku-bangku sekolah, kita sepakat dengan keluh kesah dan harapan yang diungkapkan oleh seorang pujangga Musthafa Shadiq ar-Rafi’I, beliau berkata, “Sungguh sangat disayangkan sekali. Bahkan penyesalan ini telah menjadi harapan yang menumpuk memenuhi rongga dada dan menembus tulang rusuk, yaitu ketika kami melihat generasi muda di zaman ini banyak yang telah berpaling dari usaha mengumpulkan al-Quran dan mempelajari hukum-hukumnya dari segi bacaan dan tajwidnya. Jarang diantara mereka yang menghafalkannya, kalaupun ada yang menghafalkan, mereka hanya menghafalkan beberapa bagian saja yang selanjutnya mereka lupakan kembali, kemudian tumbuhlah salah seorang diantara mereka yang tumbuhnya laksana tanduk seekor kambing, dia tumbuh mengikuti arus zaman dan tidak kuasa menahan pengaruh yang bengkok, ketika mereka telah lulus sekolah, bahasa mereka telah rusak dan kaumnya pun tidak lagi mengenalinya, dia telah menanggalkan kulitnya, meremehkan agamanya dan menyelisihi adab-adabnya. Dalam keadaan seperti itupun, dia tidak malu mengatakan, “Inilah aku, kenalilah diriku.”

Sungguh ada sesuatu yang membangkitkan penyesalan dan kecemburuan di hati setiap muslim, yaitu tatkala kita lihat sejumlah besar alumni lulusan perguruan-perguruan tinggi, bahkan mungkin pemilik gelar sarjana S2 di negeri-negeri kaum muslimin pada hari ini, mereka tidak dapat membaca al-Quran dengan baik, apalagi menghafalkannya. Berapa persenkah diantara para alumni perguruan-perguruan tinggi di negeri-negeri kaum muslimin hari ini yang hafal juz terakhir dari al-Quran?

Bukankah sudah menjadi sesuatu yang layak bagi para pendidik dan orang-orang yang berkompeten dalam urusan pendidikan di negeri-negeri kaum muslimin hari ini untuk menyerukan satu suara, yaitu mengembalikan pelajaran al-Quran ke dalam kurikulum pengajaran sekolah.

Tidak adakah langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk menentukan kadar minimal dari al-Quran yang harus dikuasai oleh para siswa. Apakah pelajaran-pelajaran lain itu lebih penting dan lebih diperlukan daripada al-Quran al-Karim?

Telah ada penelitian ilmiah modern yang menyimpulkan bahwa menghafal al-Quran pada tingkat pendidikan dasar memiliki pengaruh positif terhadap bakat dan ketrampilan penting yang dibutuhkan oleh para siswa.
Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Sa’ad al-Mughamis menunjukkan bahwa membaca al-Quran al-Karim, menghafalkan dan mempelajarinya memiliki andil dalam mengembangkan ketrampilan membaca dan menulis pada diri siswa di kelas 6 Madrasah Ibtida’iyah yang memungkinkan para siswa di madrasah-madrasah Tahfidz al-Quran al-Karim memiliki prestasi yang lebih tinggi dari rata-rata teman-teman mereka di sekolah-sekolah umum. Penelitian itu juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan data statistik yang cukup signifikan antara rata-rata prestasi para siswa di kelas 6 madrasah-madrasah Tahfidz al-Quran al-Karim dan rata-rata prestasi para siswa di sekolah umum, yang menunjukkan bagusnya prestasi para siswa di madrasah-madrasah Tahfidz al-Quran al-Karim. Hal itu berdasarkan ujian membaca dan menulis yang dilakukan oleh para peneliti. Demikian juga jika dilihat dari prestasi para siswa pada raport-raport sekolah yang menjadi patokan kenaikan kelas mereka dari kelas 5 ke kelas 6.

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Dr. Hatim Yarkandi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara sekelompok siswi kelas 4 Madrasah Tahfidz al-Quran al-Karim dan para siswa kelas 4 di sekolah umum dalam hal ketrampilan membaca dan imla’ (dikte), yang menunjukkan bagusnya nilai para siswa Madrasah Tahfidz al-Quran al-Karim.

Para pendidik di zaman ini, ketika mereka menyerukan untuk mengembalikan pelajaran al-Quran al-Karim, bukalah semata-semata karena pelajaran itu memiliki nilai tambah terhadap ketrampilan tertentu bagi para siswa, namun karena al-Quran al-Karim adalah undang-undang umat ini dan masalah yang paling utama untuk dijaga dengan mempelajari dan mengajarkannya.

Posting Lebih Baru Posting Lama

Leave a Reply